• Puasa Sunnah 9 & 10 Muharram

    Puasa selain
    merupakan ibadah yang
    mulia di sisi Allah
    Subhanahu wa Ta ’ala juga
    mengandung sekian
    banyak manfaat yang lain.
    Dengan berpuasa
    seseorang dapat
    mengendalikan syahwat
    dan hawa nafsunya. Dan
    puasa juga menjadi perisai
    dari api neraka. Puasa juga
    dapat menghapus dosa-
    dosa dan memberi syafaat
    di hari kiamat. Dan puasa
    juga dapat membangkitkan
    rasa solidaritas
    kemanusiaan, serta manfaat
    lainnya yang sudah
    dimaklumi terkandung pada
    ibadah yang mulia ini.span>

    Pada bulan
    Muharram ada satu hari
    yang dikenal dengan
    sebutan hari ‘Asyura.
    Orang-orang jahiliyah pada
    masa pra Islam dan bangsa
    Yahudi sangat memuliakan
    hari ini. Hal tersebut karena
    pada hari ini Allah
    Subhanahu wa Ta ’ala
    selamatkan Nabi Musa
    ‘ alaihissalam dari kejaran
    Fir’aun dan bala tentaranya.
    Bersyukur atas karunia
    Allah Subhanahu wa Ta’ala
    kepadanya, Nabi Musa
    ‘ alaihissalam akhirnya
    berpuasa pada hari ini.
    Tatkala sampai berita ini
    kepada Nabi kita Shallallahu
    ‘ alaihi wassalam, melalui
    orang-orang Yahudi yang
    tinggal di Madinah beliau
    bersabda,

    فَأَنَا
    أَحَقُّ بِمُوْسَى
    مِنْكُمْ

    “Saya lebih
    berhak mengikuti Musa dari
    kalian (kaum Yahudi )”.span>

    Yang
    demikian karena pada saat
    Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
    wassalam sampai di
    Madinah, beliau mendapati
    Yahudi Madinah berpuasa
    pada hari ini, maka beliau
    sampaikan sabdanya
    sebagaimana di atas.
    Semenjak itu beliau
    Shallallahu ’alaihi wasallam
    memerintahkan ummatnya
    untuk berpuasa, sehingga
    jadilah puasa ‘Asyura
    diantara ibadah yang
    disukai di dalam Islam. Dan
    ketika itu puasa Ramadhan
    belum diwajibkan.span>

    Adalah
    Abdullah bin Abbas
    radiyallahu ‘anhu yang
    menceritakan kisah ini
    kepada kita sebagaimana
    yang terdapat di dalam
    Shahih Bukhari No 1900,span>

    قَدِمَ
    النَّبِيُّ صَلَّى
    اللهُ عَلَيْهِ
    وَسَلَّمَ
    المَدِيْنَةَ فَرَأَى
    اليَهُوْدَ تَصُوْمُ
    يَوْمَ عَاشُوْرَاء
    فَقَالَ:ماَ هَذَا؟
    قَالُوْا هَذَا يَوْمٌ
    صَالِحٌ هَذَا يَوْمٌ
    نَجَّى اللهُ بَنِيْ
    إِسْرَائِيْلَ مِنْ
    عَدُوِّهِمْ فَصَامَهُ
    مُوْسَى. قَالَ: فَأَناَ
    أَحَقُّ بِمُوْسَى
    مِنْكُمْ. فَصَامَهُ
    وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ span>

    “Tatkala Nabi
    Shallallahu’alaihi wasallam
    datang ke Madinah beliau
    melihat orang-orang Yahudi
    melakukan puasa di hari
    ‘ Asyura. Beliau Shallallahu
    ‘alaihi wassalam bertanya,
    “Hari apa ini?”. Orang-orang
    Yahudi menjawab, “Ini
    adalah hari baik, pada hari
    ini Allah selamatkan Bani
    Israil dari musuhnya, maka
    Musa ‘alaihissalam berpuasa
    pada hari ini. Nabi
    Shallallahu ’alaihi wasallam
    bersabda, “Saya lebih
    berhak mengikuti Musa dari
    kalian (kaum Yahudi). Maka
    beliau berpuasa pada hari
    itu dan memerintahkan
    ummatnya untuk
    melakukannya ”. [HR Al
    Bukhari]

    Dan dari
    Aisyah radiyallahu ‘anha, ia
    mengisahkan,
    span>
    كَانَ
    رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى
    اللهُ عَلَيْهِ
    وَسَلَّمَ أَمَرَ
    بِصِيَامِ يَوْمَ
    عَاشُوْرَاءَ فَلَمَّا
    فُرِضَ رَمَضَانَ كَانَ
    مَنْ شَاءَ صَامَ
    وَمَنْ شَاءَ
    أَفْطَرَ

    “Dahulu
    Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
    wassalam memerintahkan
    untuk puasa di hari ‘Asyura.
    Dan ketika puasa Ramadhan
    diwajibkan, barangsiapa
    yang ingin (berpuasa di hari
    ‘ Asyura) ia boleh berpuasa
    dan barangsiapa yang ingin
    (tidak berpuasa) ia boleh
    berbuka ”. [HR Al Bukhari No
    1897]

    Keutamaan
    puasa ‘Asyura di dalam
    Islam.

    Di masa
    hidupnya Nabi Shallallahu
    ‘ alaihi wassalam berpuasa
    di hari ‘Asyura. Kebiasaan
    ini bahkan sudah dilakukan
    beliau Shallallahu ‘alaihi
    wassalam sejak sebelum
    diwajibkannya puasa
    Ramadhan dan terus
    berlangsung sampai akhir
    hayatnya. Al Imam Al
    Bukhari (No 1902) dan Al
    Imam Muslim (No 1132)
    meriwayatkan di dalam
    shahih mereka dari
    Abdullah bin Abbas
    radiyallahu ‘anhuma, ia
    berkata,

    مَا
    رَأَيْتُ النَّبِيَّ
    صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
    وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى
    صِيَامَ يَومَ فَضْلِهِ
    عَلَى غَيْرِهِ إِلاَّ
    هَذَا اليَوْمِ يَوْمُ
    عَاشُوْرَاءَ وَهذَا
    الشَّهْرُ يَعْنِي
    شَهْرُ رَمَضَانَ span>

    “Aku tidak
    pernah mendapati
    Rasulullah menjaga puasa
    suatu hari karena
    keutamaannya
    dibandingkan hari-hari yang
    lain kecuali hari ini yaitu hari
    ‘Asyura dan bulan ini yaitu
    bulan Ramadhan”.span>

    Hal ini
    menandakan akan
    keutamaan besar yang
    terkandung pada puasa di
    hari ini. Oleh karena itu
    ketika beliau Shallallahu
    ‘ alaihi wassalam ditanya
    pada satu kesempatan
    tentang puasa yang paling
    afdhal setelah Ramadhan,
    beliau menjawab bulan
    Allah Muharram. Dan Al
    Imam Muslim serta yang
    lainnya meriwayatkan dari
    Abu Hurairah radiyallahu
    ‘ anhu bahwa Rasulullah
    Shallallahu ‘alaihi wassalam
    bersabda,

    أَفْضَلُ
    الصِّيَامِ بَعْدَ
    رَمَضَانَ، شَهْرُ
    اللهِ المُحَرَّمُ.
    وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ
    بَعْدَ الفَرِيْضَةَ،
    صَلاَةُ اللَّيْلِ span>

    “Puasa yang
    paling utama setelah
    Ramadhan adalah (puasa) di
    bulan Allah Muharram. Dan
    shalat yang paling utama
    setelah shalat wajib adalah
    shalat malam ”.
    span>
    Dan puasa
    ‘ Asyura menggugurkan
    dosa-dosa setahun yang
    lalu. Al Imam Abu Daud
    meriwayatkan di dalam
    Sunan-nya dari Abu
    Qatadah Radhiallahu ’anhuspan>

    وَصَوْمُ
    يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ
    إنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى
    اللّهِ أَنْ يُكَفِّرَ
    السَنَة ْيِتلاَ
    قَبْلَهُ

    “Dan puasa
    di hari ‘Asyura, sungguh
    saya mengharap kepada
    Allah bisa menggugurkan
    dosa setahun yang lalu ”.span>

    Hukum
    Puasa ‘Asyura
    span>
    Sebagian
    ulama salaf menganggap
    puasa ‘Asyura hukumnya
    wajib akan tetapi hadits
    ‘ Aisyah di atas menegaskan
    bahwa kewajibannya telah
    dihapus dan menjadi
    ibadah yang mustahab
    (sunnah). Dan Al Imam
    Ibnu Abdilbarr menukil
    ijma ’ ulama bahwa
    hukumnya adalah
    mustahab.

    Waktu
    Pelaksanaan Puasa
    ‘ Asyura

    Jumhur
    ulama dari kalangan salaf
    dan khalaf berpendapat
    bahwa hari ‘Asyura adalah
    hari ke-10 di bulan
    Muharram. Di antara
    mereka adalah Said bin
    Musayyib, Al Hasan Al
    Bashri, Malik, Ahmad, Ishaq
    dan yang lainnya. Dan
    dikalangan ulama
    kontemporer seperti Asy-
    Syaikh Muhammad bin
    Shalih Al Utsaimin
    Rahimahullah. Pada hari
    inilah Rasullah
    Shallallahu’alaihi wasallam
    semasa hidupnya
    melaksanakan puasa
    ‘ Asyura. Dan kurang lebih
    setahun sebelum wafatnya,
    beliau Shallallahu ‘alaihi
    wassalam bersabda,span>

    لَئِنْ
    بَقِيْتُ إِلَى
    قَابِلٍ َّنَمْوُصَألَ
    التَاسِعَ
    span>
    “Jikalau
    masih ada umurku tahun
    depan, aku akan berpuasa
    tanggal sembilan
    (Muharram )”
    span>
    Para ulama
    berpendapat perkataan
    Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
    wassalam , “…aku akan
    berpuasa tanggal sembilan
    (Muharram )”, mengandung
    kemungkinan beliau ingin
    memindahkan puasa
    tanggal 10 ke tanggal 9
    Muharram dan beliau ingin
    menggabungkan keduanya
    dalam pelaksanaan puasa
    ‘Asyura. Tapi ketika
    Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
    wassalam ternyata wafat
    sebelum itu maka yang
    paling selamat adalah puasa
    pada kedua hari tersebut
    sekaligus, tanggal 9 dan 10
    Muharram.

    Dan Al
    Imam Asy-Syaukani dan Al
    Hafidz Ibnu Hajar
    mengatakan puasa ‘Asyura
    ada tiga tingkatan. Yang
    pertama puasa di hari ke 10
    saja, tingkatan kedua puasa
    di hari ke 9 dan ke 10 dan
    tingkatan ketiga puasa di
    hari 9,10 dan 11.
    span>
    Wallahua’lam.

    (Dikutip dari
    tulisan al Ustadz Ja ’far
    Shalih. Judul asli SUNNAH
    PUASA ‘ASYURA. URL
    Sumber http://
    www.ahlussunnah-
    jakarta.org/detail.php?
    no=176)

0 komentar:

Posting Komentar